Bayu Krishnamurthy, Presiden Komisaris PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID FOOD holding, mengharapkan harga gandum tidak naik lagi. Karena sekarang harga gandum mencapai level tertinggi.
“Saya kira harga gandum sudah memuncak jika melihat datanya, jadi saya kira harga gandum mungkin tidak akan turun, tapi tidak akan naik lagi,” katanya di BUM ID food Jalan Sehat di Jakarta, Sabtu (13-8 Maret).
Berdasarkan data ekonomi perdagangan Selasa (9/8), rata-rata harga gandum dunia mencapai 780,4 dolar AS per bushel, yang 9,74 persen lebih tinggi dari tahun lalu. Menurut dia, harga gandum belum kembali, mengingat situasi saat ini di Eropa dan Amerika, baik di utara dan di selatan mulai panen gandum.
Selain itu, harga gandum dunia, yang tumbuh pesat karena kondisi geopolitik yang tidak pasti, juga akan perlahan-lahan turun, mengingat bahwa Rusia telah mulai membuka jalur pasokan gandum dari Ukraina. “Saya pikir dia sudah memilih harga untuk gandum ini. Rusia telah membuka jalan bagi gandum ke Ukraina, yang memungkinkan untuk memulai (distribusi) di pasar,” tambahnya.
Di sisi lain, produksi produk pengolahan gandum dari 2022-9 hingga 2023-1 akan terus menggunakan gandum yang dibeli dengan harga tinggi selama 3 hingga 5 bulan, masih ada masalah yang perlu ditangani. Ini tentu akan mempengaruhi harga produk, tetapi tidak akan terlalu tinggi, itu akan mempengaruhi biaya produksi.
Bayu sampai saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan dan pakan gandum sangat tinggi, karena konsumsi makanan olahan berbahan gandum menjadi semakin signifikan, sekitar 20-25 persen dari total asupan karbohidrat oleh masyarakat Indonesia adalah gandum, seperti mie dan roti.
Tetapi jika Indonesia dapat melakukan diversifikasi kegiatannya sedemikian rupa agar tidak bergantung pada impor, kenaikan harga gandum seharusnya tidak terlalu berdampak pada negara. Caranya adalah fluoridasi, karena bahan yang kita miliki. Ada begitu banyak umbi yang pertama kita akan Bubuk mereka dan memasak mereka,” katanya.